Monday, September 18, 2017

Petualanganku Ke Bangkok Menggunakan Air Asia Asean Pass

Assalamualaikum,
Selamat Pagi,
Swatdee Krup

Rasanya terlambat jika saya menuliskan petualangan saya ini sekarang, sebenarnya setelah liburan kemarin harusnya saya langsung menulis cerita ini, tapi ya karena pekerjaan di kantor sangat menumpuk dan ringkasan rekaman selama liburan di Bangkok baru saya upload beberapa hari lalu.

Bab 1 - Mengurus Paspor
Saya akan bercerita mulai dari awal saya mengurus liburan saya ke Bangkok, karena ini adalah perjalanan pertama kalinya saya ke luar negeri, maka saya akan bercerita mulai pembuatan paspor.

Saya masih ingat ketika 7 Februari 2017, saya datang ke Kantor Imigrasi Pengurusan Paspor pukul 4 pagi setelah shubuh, dan wow, antrian sudah sampai 10 meter diluar kantor. Saat itu saya berfikir apabila saya sendirian, tentu akan sulit jika saya berpegian ke toilet, makan, dan segala macam. Kemudian saya pulang dan mengajak kakak sepupu saya untuk ikut. Saya izin kerja setengah hari untuk mengurus paspor ini, pukul 07.00 Kantor Imigrasi mulai dibuka dan proses pendaftaran paspor dimulai, saya dipanggil pukul 12.00, administrasi yang dibawa adalah fotokopi KTP yang sudah diperbesar sebesar folio, fotokopi Akta Kelahiran dan aslinya untuk ditunjukkan saja (jika tidak ada/hilang bisa fotokopi Ijazah terakhir dan aslinya), dan tentunya blangko pendaftaran, semua dimasukkan dalam map khusus yang sudah disediakan Kantor Imigrasi. Setelah proses administrasi, kemudian dilanjutkan wawancara, dan proses perekaman sidik jari. Wawancara meliputi apa yang saya lakukan saat di Bangkok dan menginap serta bersama siapa saya disana, tidak sulit kok asal jangan gugup saja. Setelah semua selesai kita akan mendapatkan virtual account pembayaran, pembayaran dilakukan hari itu juga di segala macam Bank atau Kantor POS, apabila pembayaran dilakukan hari itu juga maka paspor akan selesai 2 hari kemudian setelah pembayaran dilakukan. Biaya paspor tidak mahal sekitar Rp 400.000, saya lupa berapa jelasnya.

Bab 2 - Memboking Tiket Kepergian 
Saya kebetulan punya teman di Kuala Lumpur dan Bangkok, kemudian setelah kami berdiskusi kapan baiknya saya berlibur, akhirnya saya memutuskan untuk pergi ketika tanggal 30,31 Agustus 1,2,3,4 September 2017. Bertepatan dengan weekend dan ada libur  Hari Raya Idul Adha. Saat melihat harga tiket satuan, benar-benar mahal, akhirnya saya mendapat saran dari adik saya untuk menggunakan Air Asia Asean Pass.

Apa itu Air Asia Asean Pass?
Air Asia Asean Pass adalah tiket perjalanan ke luar negeri yang dikhususkan untuk negara Asia Tenggara atau Asean, waktu yang ditempuh untuk menggunakan Air Asia Asean Pass adalah 30 hari dan 60 hari. Air Asia Asean Pass tersedia dalam 2 pilihan 10 kredit untuk perjalanan 30 hari, dan 20 kredit untuk perjalanan 60 hari. Saya membeli Air Asia Asean Pass yang 10 kredit dengan harga Rp 1.900.000, sedikit trik sih, saya menggunakan kurs Ringgit untuk membeli Air Asia Asean Pass 10 kredit, karena lebih murah dengan harga sekitar 500 Ringgit atau setara dengan Rp 1.500.000, lebih hemat kan?

Perjalanan saya dimulai dengan Surabaya ke Kuala Lumpur, Kuala Lumpur ke Bangkok, dan pulangnya Bangkok-Kuala Lumpur, Kuala Lumpur-Surabaya.

Pembelian tiket menggunakan Air Asia Asean Pass tidak termasuk Airport Tax ya, Airport Tax ke Bandara DMK sedikit mahal dengan kisaran harga Rp 300.000, sedangkan di KUL sekitar Rp 130.000. Yah,, jika ditotal uang yang harus saya keluarkan untuk membeli tiket adalah Rp 2.300.000

Seluruh transaksi menggunakan kartu kredit, yah.. memang ketika memulai perjalanan ini saya terpaksa mengaktifkan kartu kredit saya, karena kebanyakan transaksi mengharuskan kita menggunakan kartu kredit.

Bab 3-Persiapan Keberangkatan
Dua bulan sebelum keberangkatan yang harus dipersiapkan adalah..
  1. Paspor, KTP, dan fotocopy sebanyak 5 lembar (buat berjaga-jaga saja)
  2. Uang Baht dan Ringgit, kenapa harus mempersiapkan uang negara tujuan? karena menurut saya ketika tukar disana mungkin jatuhnya lebih mahal, jika menggunakan ATM kena charge sebesar Rp 60.000
  3. Colokan listrik 3 stik, jika di Indonesia 2 stik maka di Malaysia ada 3 stik, ini wajib dibawa karena tanpa ini kita tidak akan bisa mengcharge hp
  4. Kalkulator, jika tidak punya pakai hp tapi jadkan tombol utama di layar utama
  5. Baju secukupnya
  6. Jangan membawa cairan diatas 500ml, karena tidak diperbolehkan dan wajib masuk bagasi 
  7. Kartu Mahasiswa, ini bermanfaat banget, kenapa? baca cerita saya terlebih dahulu untuk tau manfaatnya

Bab 4-Memulai keberangkatan
Saya mengajukan izin ditempat kerja pada tanggal 30,31 Agustus, 1,2,3,4 September, sangat aman dikarenakan pada tanggal 30 adalah hari Jum'at, dimana saat itu kerja setengah hari, 31 adalah hari cuti sebelum Idul Adha, 1 September adalah Idul Adha, 2 September hari cuti juga, 3 September adalah hari Minggu, dan 4 September adalah hari Senin. Jadi saya hanya mengajukan izin untuk tanggal 30 dan 4.

Rabu, 30 Agustus 2017 pagi pukul 8 saya sudah bersiap keluar dari rumah, pamit ayah ibu adik dan keluarga, lalu saya berangkat ke Surabaya menggunakan Gojek. Sesampai di Surabaya saya ditemani sahabat saya, Oca, Oca yang mengantarkan saya sampai di Bandara Internasional Juanda Surabaya. Pesawat  dari Surabaya ke Kuala Lumpur berangkat pukul 12.00, dan saya sudah sampai di Bandara pukul 10.00.

Setelah cetak tiket dan cek ransel, saya akhirnya masuk ke boarding pass, ini adalah keberangkatan internasional pertama saya, dan sendirian pula, untungnya saat di ruang boarding pass saya bertemu dengan beberapa orang yang sepertinya TKI, ngobrol ngobrol dan tidak lama, pesawat sudah harus berangkat. Saya masuk ke tempat duduk saya, dan bersiap untuk tidur saja ketika di pesawat.



Sesampai di Kuala Lumpur, saya langsung membeli sim card untuk mendapatkan koneksi internet, saya membeli kartu DIGI dengan harga 20 Ringgit atau setara dengan Rp 62.000. Keberangkatan saya ke Bangkok adalah besok, 31 Agustus 2017 pukul 16.00, saya ingin bersantai sejenak di Kuala Lumpur dan berjalan-jalan dengan waktu yang sedikit tersebut. Saya memesan hotel didekat Bandara, kalau tidak salah di area Kota Warisan, perjalanan saya dari Bandara ke Kota Warisan menggunakan Grab Car (di Malaysaia tidak ada Grab Car). Dengan driver bernama Abang Saiful, saya diantar sampai tujuan sekitar 30 menit dengan biaya sebesar 60 Ringgit (setara dengan Rp 190.000) cukup mahal karena kurs kita beda, padahal kalau dari Bandara Surabaya ke rumah saya hanya dengan jarak tempuh 1 jam hanya Rp 85.000.

Saya memesan hotel City View di Kota Warisan menggunakan Traveloka, dengan biaya Rp 150.000 per malam, cukup murah dengan fasilitas dua bed, dan kamarnya luas. Saya nyaman berada disana karena lokasi hotel dekat dengan Supermarket 7 eleven dan Mc Donalds. Jangan harap kamu menemukan nasi di Mc Donalds Malaysia ya, karena lapar yang amat sangat akhirnya saya membeli 1 paket ayam isi 2 ayam untuk mengisi kelaparan saya ini dengan harga 15.65 Ringgit setara dengan Rp 49.000. Mc Donalds Malaysia memiliki tiga saos, saos tomat, saos pedas, dan saos manis, menunya juga beragam dan saya melihat beberapa pembeli jika memesan makanan dibawa pulang kantongnya adalah kantong kertas, cukup praktis dan hemat plastik, berbeda dengan di tempat kita yang masih menggunakan kantong plastik. Setelah makan saya beristirahat sambil menunggu waktu sholat maghrib, waktu sholat di Kuala Lumpur cukup jauh berbeda, maghrib sekitar pukul 7 dan isyak sekitar pukul 9.



Keesokan paginya saya ingin jalan-jalan ke Menara Petronas, saya bangun pagi pukul 5, cuaca masih gelap seperti shubuh di Indonesia, kemudian sholat shubuh dan joging sebentar di luar hotel. Suasana pagi di Kota Warisan benar-benar sejuk dan sunyi, saya ingin berlama-lama disini. Pukul 7 saya bergegas menuju stasiun MRT menuju ke Menara Petronas atau Twin Tower, saya lupa rutenya tapi biaya tiketnya cukup murah 18,3 Ringgit atau setara Rp 56.000.


Tujuan awal menuju Pasar Seni, kebetulan pada saat itu adalah Hari Merdeka Malaysia, jadi dijalanan sangat ramai merayakan hari merdeka tersebut. Tidak lama menonton pertunjukan banyak kuda-kuda tersebut, saya langsung menuju ke Menara Petronas. Menara Petronas pada pukul 9 masih sepi tapi sudah buka, saya langsung menuju ke Customer Service untuk membeli tiket naik ke Menara Petronas. Harga tiket untuk naik ke Menara Petronas adalah sekitar 110 Ringgit atau setara dengan Rp 350.000, mahal memang tapi Customer Service saat itu berkata pada saya jika saya memiliki kartu mahasiswa apapun dan dari negara manapun saya akan mendapatkan potongan sebesar 30% lumayan kan? Karena itu saya menyesal tidak membawa kartu mahasiswa saya, huhuhu. Karena jarak dari Menara Petronas ke hotel cukup lama, jadinya saya putuskan untuk tidak masuk ke Menara Petronas (sebenarnya karena alasan harga tiketnya yang cukup mahal, takut uang saku saya tidak cukup). Akhirnya saya hanya cukup berfoto didepan Menara Petronas dan bersiap untuk kembali ke Hotel dan bersiap menuju Bangkok, Thailand.

Bab 6 - Menuju ke Thailand

Pukul 12.00 waktu setempat saya bersiap menuju ke Bandara KLIA2, karena pesawat akan berangkat pukul 14.00. Setibanya disana saya langsung mencetak mandiri tiket saya, dan masuk ke ruang imigrasi. Antri saat di Imigrasi benar-benar sangat lama. Setelah melalui proses cek sidik jari dan berbagai macam, saya akhirnya masuk ke pesawat. Saya duduk bersebelahan dengan beberapa orang Thailand, saya berbicara sedikit percakapan umum menggunakan bahasa Thailand dicampur dengan bahasa Inggris, hahaha. Kebetulan orang yang sedang saya ajak bicara ini akrab, dia bernama Nattachart, dia adalah pelatih Sea Games yang diadakan di Malaysia sebagai tuan rumah. Pukul 17.00 akhirnya sampai juga di Bangkok, saya masuk ke ruang imigrasi, berbeda dengan proses imigrasi di Malaysia yang cukup mudah, di Thailand sebenarnya sama saja, tapi ketika di pesawat kami diberi formulir kecil untuk diisi data kita sendiri, termasuk data dimana kita akan tinggal saat di Thailand. Saya sempat dimarahi oleh petugas imigrasi karena formulir rangkapnya tidak saya isi. Setelah proses imigrasi selesai, saya keluar bandara dan bergegas menuju Hostel yang sudah saya booking beberapa bulan lalu. Kenapa Hostel? Karena travelers seperti kita adalah mencari teman dan tentunya menghemat biaya. Hostel saya saat itu adalah Lub D Siam Bangkok, terletak di dekat Mall Siam dan pusat perkotaan. Saya memesan grab car untuk menuju ke Lub D, jarak antara bandara Don Muang cukup jauh dengan jarak tempuh sekitar 90menit. Sopir grab car saya saat itu adalah orang Thailand,dan kebetulan dia tidak bisa berbahasa inggris, jadilah saya yang mengajak dia berbicara menggunakan bahasa Thailand. Nama dia adalah Phanya, usianya 30an jadi saya memangginya Pi Phanya (Pi; sebutan kakak). Pi Phanya sangat baik, ketika saya mengeluh lapar dia memberikan saya sebungkus roti dan sebotol air, semoga dia membaca blog saya, terimakasih Pi Panya.

Pukul 20.00, saya sampai di Lub D, saya berterimakasih pada Pi Panya dan diapun meninggalkan saya. Saya masuk ke Lub D dan registrasi ulang data saya, lalu saya masuk ke kamar 301 dan bed nomor 1. Ketika saya masuk kamar, saya disambut oleh orang berwarga China, namanya Zhang. Zhang berusia 27 tahun, dia sedang berlibur di Thailand. Tak lama ada Sebastian dari Amerika, dia berusia 25 tahun, dia berlibur di Thailand dan malam ini adalah malam terakhirnya, karena besok pagi dia harus ke Bali Indonesia untuk melanjutkan liburannya. Setelah saya mandi dan memakai kaos dan celana pendek ala kadarnya, Sebastian mengajak saya untuk makan malam, awalnya Zhang tidak mau tapi karena saya memaksa, akhirnya kita bertiga ke Siam untuk makan malam. Kami membeli pizza 🍕 dan pilihan saya adalah pizza sea food, karena takut makan babi alias pork. Eits, saya berterimakasih pada Sebastian yang telah mentraktir saya hehehe. Minuman yang saya pesan adalah Thai Tea Milk, tidak seperti teh susu pada umumnya, Thai Tea Milk disajikan terpisah dengan es batu, bukan es batu biasa karena es batu tersebut seperti campuran dengan gula yang rasanya seperti gula aren. Setelah makan malam, Sebastian minta tolong pada saya untuk membangunkannya pada pagi hari pukul 4, karena dia sudah mentraktir saya, saya bersedia membangunkannya dipagi hari sebagai tanda terimakasih. Dia sempat bertanya kenapa saya selalu bangun pagi,jawaban saya tentu saja karena memang jam 4 waktu sholat untuk orang muslim.

 Bab 5- Sholat Idul Adha di Bangkok

Pukul 4 pagi, saya membangunkan Sebastian ditempat tidur yang letaknya diatas tempat tidur saya, dia bangun sebentar kemudian dia tidur kembali. Saya mendiamkannya selama 5 menit, kemudian saya bangunkan lagi, Sebastian bangun dan bergegas mengganti seluruh pakaiannya dan mengambil ranselnya. Sebastian merangkul saya dan berjanji jika di Bali dia akan mengunjungi tempat saya di Surabaya. Waktu shubuh di Bangkok tidak jauh berbeda dengan waktu shubuh di Jakarta, jadi setelah mengantar Sebastian pergi, saya sholat dikamar dalam hening.

Hari itu adalah Hari Jum'at, tanggal 1 September 2017 bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha, berbeda dengan di Indonesia, disini tidak ada suara takbir berkumandang. Pukul 6 pagi saya keluar hostel dan berpamitan terlebih dahulu pada Zhang karena pagi ini Zhang harus pergi ke Pataya, dia mengajak saya ke Pataya namun saya tidak bisa, karena ada agenda yang harus saya penuhi ketika disini.

Saya menuju masjid terdekat di daerah Siam Mall menggunakan grab car, setelah sampai di masjid ini, saya sedikit canggung karena sepi, namun saya disambut oleh seorang wanita berjilbab tapi merokok (mungkin sudah biasa ya disana) dan menyuruh saya masuk kedalam. Saya menaiki lantai atas karena kata wanita tersebut lokasi sholat berada di lantai atas. Saya membuka pintu dan tampaklah beberapa orang muslim sedang menunggu waktu sholat idul adha. Saya wai kepada mereka dan mereka wai kepada saya (wai adalah salam khas orang Thailand dengan dua tangan mengatup dan kepala sedikit menunduk, jika di Indonesia sama halnya dengan bersalaman). Mereka mengira saya adalah orang Thailand, adapula yang mengira saya orang Filihina, namun setelah menjelaskan bahwa saya adalah orang Indonesia, salah satu dari mereka mengajak saya bicara dengan bahasa Indonesia. Saya bertemu dengan Om Alton, dari Samarinda, dia mengatakan pada saya bahwa waktu sholat idul adha disini pukul 10, wow, padahal pukul 10 saya harus ke Museum Madame Tussauds. Kemudian Om Alton mengajak saya sholat di Kedutaan Besar Republik Indonesia Bangkok, karena waktu sholat idul adha di Kedutaan Besar RI Bangkok adalah pukul 08.00. Kami berjalan keluar masjid dan bergegas menuju Kedutaan Besar RI Bangkok, disana banyak sekali saudara kita dari Indonesia yang bersiap melaksanakan sholat. Saya bertemu dengan Febri dari Bandung, dia adalah mahasiswa di universitas swasta di Bangkok, kami ngobrol cukup lama sampai setelah sholat idul adha kami dipersilahkan oleh panitia sholat id untuk sarapan pagi. Wow disini banyak sekali makanan Indonesia, rawon, gule, roti sus, nasi goreng, saya yang sudah 3 hari tidak makan nasi seperti orang kelaparan, hahaha.


Bab 6 - di Madame Tussauds Museum

Setelah sholat idul adha dan mengisi perut, saya kembali ke kamar dan berganti baju dan bersiap ke Museum Madame Tussauds. Beberapa hari lalu saya sudah memesan tiket untuk masuk ke Museum Madame Tussauds lewat website resminya dengan harga yang cukup murah dengan harga 400 Baht atau setara dengan Rp 156.000 (sekarang di website 645 B) jenis tiket yang saya beli adalah Early Bird, Early Bird adalah tiket untuk masuk sebelum pukul 12.00 dan tiket ini berlaku selama dua minggu setelah hari pemesanan.

Museum Madame Tussauds terletak di Siam Discovery, saya berjalan kaki sekitar 5 menit berdekatan dengan MBK Centre. Saran saya ketika disini jangan sendirian seperti saya, karena akan susah untuk berfoto dengan patung-patung idolamu.


Setelah menukarkan e-tiket saya masuk dan sudah terlihat patung salah satu toko kerajaan Thailand, patung tersebut diberi skat agar tidak sembarang orang bisa berfoto. Sebagai bentuk hormat saya wai kepada kedua patung tersebut, kemudian berjalan sedikit ada patung Bapak Presiden pertama Indonesia, Bapak Ir. Soekarno. Dilihat dari segi manapun, Pak Soekarno benar-benar nyata, tapi banyak teman saya yang mengatakan bahwa patung ini tidak mirip, mungkin karena kebanyakan foto Pak Soekarno yang beredar adalah usia 40 an sedangkan patung Pak Soekarno yang dipajang di Museum Madame Tussauds adalah ketika beliau berusia 50an. Selain ada Pak Soekarno, saya juga bertemu dengan Anggun C. Sasmi, patungnya berada di ruang tersendiri.

Yah.., rasanya saya tidak perlu menjelaskan secara kesuluruhan isi dari Museum ini, semuanya hampir nyata, saya gak kebayang kalau membawa ibu saya kesini, pasti beliau ketakutan karena seluruh patung disini benar-benar nyata seperti tokoh aslinya.

Di ujung museum kita dipersilahkan membuat patung dari tangan kita, harganya sekitar 125 Baht atau setara dengan Rp 50.000. Saran saya jangan membuang box dari patung lilin tangan kita itu, karena pengalaman saya, lilin tersebut setelah saya letakkan dilemari, patung tangan tersebut meleleh dan hampir pecah, hiks sayang sekali.

Saya sebenarnya masih kurang puas saat berada di Museum Madame Tussauds, beberapa tahun lagi saya harus kesana lagi. pasti! :D

Bab 6 - Hari-Hari di Bangkok

Sabtu, 2 September 2017, adalah hari ketiga saya di Bangkok, dikamar saya saat ini ada pengunjung baru yang bernama Jack dari Paris, dan Qosim dari Pakistan. Saya bersyukur mengenal mereka, mereka adalah teman-teman yang baik. Sabtu pagi saya dan Jack berangkat menuju Pasar Cathucak, Pasar terbesar di Bangkok ini cuacanya sangat sangat panas. Pasar Cathucak ini memiliki barang-barang dengan harga yang cukup murah, ya lumayan untuk membeli beberapa oleh-oleh untuk keluarga. Saya dan Jack sempat mencicipi Coconut Ice Cream, dengan harga sekitar 20 baht saya sudah mendapatkan coconut ice cream yang gurih dengan toping rumput laut, nyam..