Amin ngego-Blog
Tuesday, March 3, 2020
Makanan khas kota industri di Jawa Timur
Sunday, February 17, 2019
Pengalaman Kursi Gratis ke Tiga Negara
Jum'at, 18 Januari, dari Surabaya ke Kuala Lumpur
Minggu, 20 Januari, dari Kuala Lumpur ke Bangkok
Selasa, 22 Januari, dari Bangkok ke Singapore
Rabu, 23 Januari, Singapore ke Jakarta dan pulang ke Surabaya.
Bos saya tidak mengizinkan izin terlalu lama, alhasil saya membeli tiket gratis lagi untuk kepergian Sabtu, 19 Januari dengan rute Surabaya ke Kuala Lumpur. Selalu manfaatkan hari Sabtu dan Minggu sebagai hitungan hari liburan jadi tidak mengambil hari efektif kerja atau kuliah terlalu banyak.
KLIA 2 - DMK = 100 RM / Rp 300.000an normalnya Rp 500.000an
DMK - Changi = 1000 Baht / Rp 450.000an
Changi - CGK = 40 $ / Rp 400.000an normalnya Rp 500.000an
CGK- SUB = Rp 500.000 normalnya Rp 600.000an
mahal? tentu saja tidak dengan banyaknya rute tersebut dan dengan waktu awal tahun 2019 harga tersebut sangat murah.
Kamis, 17 Januari 2019 saya benar-benar lupa jika dua hari kemudian saya sudah harus berangkat, saya belum membuat rencana sama sekali, tapi tenang kalau kata Cinta di AADC2 "yang penting itu the journey not destination" hahaha. Jumat,18 Januari saya bertemu dengan Mbak Fida dan Mas Iwan, kebetulan kita semua mau ke luar negeri juga, tapi beda jurusan. Kalau Mbak Fida full di Kuala Lumpur, Mas Iwan ke Singapore lalu ke Bangkok. Kita berencana bertemu saat di Kuala Lumpur, karena jam terbang kita berbeda.
Bab 4, Bangkok, Thailand
Pukul 07.00 saya berkunjung ke Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk silaturrahmi dengan sesama orang Indonesia disana, saya membawa kerupuk ikan laut yang pastinya tidak ada di Bangkok, dan Alhamdulillah mereka senang, hanya kurang satu yang harusnya saya bawa, petis! hahaha, karena di Bangkok tidak ada petis udang. Sepulang dari Dubes, saya melihat ada ibu-ibu jualan es thai tea atau macam-macam es lainnya, saya membeli es kesukaan saya Nom Yen, ya Nom Yen adalah es susu dengan campuran sirup sirsak atau strowbery ya, yang jelas rasanya itu enak banget, harganya pun murah hampir sama dengan beli Thai Tea di Indonesia, 20 Baht atau Rp 9.000. Sambil minum Nom Yen, saya langsung pergi ke Icon Siam, Mall jaringan Siam yang baru saja dibuka katanya. Mall Icon Siam ini sangat mewah dan bangunannya megah sekali.
Sampai disini dulu cerita saya tentang pengalaman gratis ke tiga negara, cerita tentang perjalanan ke Singapore yang juga pertama kali nya juga saya berkunjung disana akan saya lanjutkan di judul baru, entah kapan saya update lagi, karena menulis blog ini saja perlu memakan waktu satu bulan, saya mengetik ini di jam-jam siang atau senggang setiap harinya, hahaha. Oh iya, saya akan menceritakan ini semua berupa video yang akan saya upload di Youtube channel saya, subscribe ya, www.youtube.com/aminpictures Terima kasih semua....
Tuesday, March 13, 2018
Pengalaman Gejala Stroke dan Opname dari UGD dengan BPJS
Sesampainya di Unit Gawat Darurat RS K, saya langsung register mama saya pada bagian register UGD dengan membawa 1 lembar fotocopy kartu BPJS dan fotocopy KTP. Kemudian mama saya langsung dicek tekananan darahnya, benar saja tensi mama saya saat itu 200/90 ditambah lagi ternyata selama dua minggu terakhir mama saya tidak pernah minum obat anjuran dokter, yakni :
Pagi - Bisoprolol, Siang - Aspilet, Malam - Amplodiphin 50mg
Mama saya langsung diberi obat penurun tensi yang konsumsinya lewat bawah lidah dan tanpa minum. Selang beberapa jam mama saya tensinya kembali normal walaupun kondisi tubuhnya masih lemas. Sempat saat itu dokter menyarankan mama saya untuk opname tapi melihat kondisi mama saya membaik akhirnya mama saya disuruh pulang dan rawat jalan.
Sesampainya di rumah mama saya benar-benar ekstra istirahat, namun keesokan harinya pukul 17.00 WIB badan mama saya lemas kembali. Saya menuju ke RS K kembali dan mama saya akhirnya harus diopname di RS tersebut, namun saat itu kamar kelas 2 dan kelas 3 sedang tidak ada yang tersedia. Setelah menunggu hingga pukul 22.00 tidak ada kamar yang tersedia, mama saya dipindah ke RS swasta terdekat di rumah (sebut saja RS M).
Setibanya di RS M saya menunjukkan fotocopy BPJS dan KTP mama saya beserta surat pengantar rujukan dari RS K, syukur Alhamdulillah ada kamar tersedia untuk mama saya. Mama saya mendapatkan kamar kelas 2 sesuai dengan kelas BPJS, berisi 2 tempat tidur untuk 2 pasien, 1 AC, 1 TV, dan 1 kamar mandi dalam.
Keesokan paginya mama saya diharuskan CT Scan untuk mengetahui gejala apa yang sedang dialami oleh mama saya. Kebetulan RS M tidak memiliki alat CT Scan, dan mama saya dirujuk ke RS Swasta S tak jauh dari RS M dan RS K. Sayangnya untuk CT Scan BPJS tidak menanggung dan harus merogoh kocek sebesar Rp 1.000.000 (satu juta rupiah) perawat mengatakan bahwa jika ingin mendapatkan pelayanan gratis penuh lebih baik dibawa ke RS Pemerintah, namun alasan saya tidak membawa mama saya ke RS Pemerintah adalah karena lokasinya jauh sekali dari rumah, dan lagi pelayanan RS Pemerintah terbilang lama.
Setelah CT Scan dan pembayaran administrasinya saya bayar, diketahui bahwa mama saya memiliki sedikit pendarahan di kepalanya, dan karena kondisi tersebut mama saya harus benar-benar istirahat total tidak boleh duduk, berdiri, apalagi jalan. Kondisi mama saya saat ini bisa dibilang Gejala Stroke Ringan, beruntung dengan penanganan yang tepat mama saya tidak memburuk keadannya.
Selama 10 hari mama saya dirawat di RS M dan syukur Alhamdulillah keadaannya berangsur membaik, mama saya diperbolehkan pulang dan tetap harus istirahat untuk sebulan pertama setelah pulang dan menghentikan aktivitas berat. Mama saya juga dianjurkan untuk olahraga ringan seperti jalan-jalan pagi minimal 30 menit sehari, renang (sebatas mengayun-ayunkan kaki), dan meminum obat Pagi : Bisoprolol-Citicoline 250 mg (500mg dibagi 2), Siang : Aspilet, Malam : Amplodiphine 500mg - Citicoline 250 mg - Suplemen tulang (Glukosamin) 1 tablet.
Kesimpulannya, gunakan Kartu BPJS mu untuk berobat dan lakukan sesuai prosedur Rumah Sakit tempat pasien dirawat. Jika ingin mendapatkan pelayanan tanpa dipungut biaya maka pergilah ke RS Pemerintah. RS Swasta memang semua tidak ditanggung tapi pelayanan RS Swasta juga sama baiknya dengan RS Pemerintah. Jangan lupa selalu siapkan fotocopy KTP, KK, dan BPJS sebanyak-banyaknya ketika mengurus administrasi di Rumah Sakit.
Salam sehat
Amin Rizqi :)
Monday, September 18, 2017
Petualanganku Ke Bangkok Menggunakan Air Asia Asean Pass
- Paspor, KTP, dan fotocopy sebanyak 5 lembar (buat berjaga-jaga saja)
- Uang Baht dan Ringgit, kenapa harus mempersiapkan uang negara tujuan? karena menurut saya ketika tukar disana mungkin jatuhnya lebih mahal, jika menggunakan ATM kena charge sebesar Rp 60.000
- Colokan listrik 3 stik, jika di Indonesia 2 stik maka di Malaysia ada 3 stik, ini wajib dibawa karena tanpa ini kita tidak akan bisa mengcharge hp
- Kalkulator, jika tidak punya pakai hp tapi jadkan tombol utama di layar utama
- Baju secukupnya
- Jangan membawa cairan diatas 500ml, karena tidak diperbolehkan dan wajib masuk bagasi
- Kartu Mahasiswa, ini bermanfaat banget, kenapa? baca cerita saya terlebih dahulu untuk tau manfaatnya
Pukul 20.00, saya sampai di Lub D, saya berterimakasih pada Pi Panya dan diapun meninggalkan saya. Saya masuk ke Lub D dan registrasi ulang data saya, lalu saya masuk ke kamar 301 dan bed nomor 1. Ketika saya masuk kamar, saya disambut oleh orang berwarga China, namanya Zhang. Zhang berusia 27 tahun, dia sedang berlibur di Thailand. Tak lama ada Sebastian dari Amerika, dia berusia 25 tahun, dia berlibur di Thailand dan malam ini adalah malam terakhirnya, karena besok pagi dia harus ke Bali Indonesia untuk melanjutkan liburannya. Setelah saya mandi dan memakai kaos dan celana pendek ala kadarnya, Sebastian mengajak saya untuk makan malam, awalnya Zhang tidak mau tapi karena saya memaksa, akhirnya kita bertiga ke Siam untuk makan malam. Kami membeli pizza 🍕 dan pilihan saya adalah pizza sea food, karena takut makan babi alias pork. Eits, saya berterimakasih pada Sebastian yang telah mentraktir saya hehehe. Minuman yang saya pesan adalah Thai Tea Milk, tidak seperti teh susu pada umumnya, Thai Tea Milk disajikan terpisah dengan es batu, bukan es batu biasa karena es batu tersebut seperti campuran dengan gula yang rasanya seperti gula aren. Setelah makan malam, Sebastian minta tolong pada saya untuk membangunkannya pada pagi hari pukul 4, karena dia sudah mentraktir saya, saya bersedia membangunkannya dipagi hari sebagai tanda terimakasih. Dia sempat bertanya kenapa saya selalu bangun pagi,jawaban saya tentu saja karena memang jam 4 waktu sholat untuk orang muslim.
Bab 5- Sholat Idul Adha di Bangkok
Pukul 4 pagi, saya membangunkan Sebastian ditempat tidur yang letaknya diatas tempat tidur saya, dia bangun sebentar kemudian dia tidur kembali. Saya mendiamkannya selama 5 menit, kemudian saya bangunkan lagi, Sebastian bangun dan bergegas mengganti seluruh pakaiannya dan mengambil ranselnya. Sebastian merangkul saya dan berjanji jika di Bali dia akan mengunjungi tempat saya di Surabaya. Waktu shubuh di Bangkok tidak jauh berbeda dengan waktu shubuh di Jakarta, jadi setelah mengantar Sebastian pergi, saya sholat dikamar dalam hening.
Hari itu adalah Hari Jum'at, tanggal 1 September 2017 bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha, berbeda dengan di Indonesia, disini tidak ada suara takbir berkumandang. Pukul 6 pagi saya keluar hostel dan berpamitan terlebih dahulu pada Zhang karena pagi ini Zhang harus pergi ke Pataya, dia mengajak saya ke Pataya namun saya tidak bisa, karena ada agenda yang harus saya penuhi ketika disini.
Saya menuju masjid terdekat di daerah Siam Mall menggunakan grab car, setelah sampai di masjid ini, saya sedikit canggung karena sepi, namun saya disambut oleh seorang wanita berjilbab tapi merokok (mungkin sudah biasa ya disana) dan menyuruh saya masuk kedalam. Saya menaiki lantai atas karena kata wanita tersebut lokasi sholat berada di lantai atas. Saya membuka pintu dan tampaklah beberapa orang muslim sedang menunggu waktu sholat idul adha. Saya wai kepada mereka dan mereka wai kepada saya (wai adalah salam khas orang Thailand dengan dua tangan mengatup dan kepala sedikit menunduk, jika di Indonesia sama halnya dengan bersalaman). Mereka mengira saya adalah orang Thailand, adapula yang mengira saya orang Filihina, namun setelah menjelaskan bahwa saya adalah orang Indonesia, salah satu dari mereka mengajak saya bicara dengan bahasa Indonesia. Saya bertemu dengan Om Alton, dari Samarinda, dia mengatakan pada saya bahwa waktu sholat idul adha disini pukul 10, wow, padahal pukul 10 saya harus ke Museum Madame Tussauds. Kemudian Om Alton mengajak saya sholat di Kedutaan Besar Republik Indonesia Bangkok, karena waktu sholat idul adha di Kedutaan Besar RI Bangkok adalah pukul 08.00. Kami berjalan keluar masjid dan bergegas menuju Kedutaan Besar RI Bangkok, disana banyak sekali saudara kita dari Indonesia yang bersiap melaksanakan sholat. Saya bertemu dengan Febri dari Bandung, dia adalah mahasiswa di universitas swasta di Bangkok, kami ngobrol cukup lama sampai setelah sholat idul adha kami dipersilahkan oleh panitia sholat id untuk sarapan pagi. Wow disini banyak sekali makanan Indonesia, rawon, gule, roti sus, nasi goreng, saya yang sudah 3 hari tidak makan nasi seperti orang kelaparan, hahaha.
Bab 6 - di Madame Tussauds Museum
Setelah sholat idul adha dan mengisi perut, saya kembali ke kamar dan berganti baju dan bersiap ke Museum Madame Tussauds. Beberapa hari lalu saya sudah memesan tiket untuk masuk ke Museum Madame Tussauds lewat website resminya dengan harga yang cukup murah dengan harga 400 Baht atau setara dengan Rp 156.000 (sekarang di website 645 B) jenis tiket yang saya beli adalah Early Bird, Early Bird adalah tiket untuk masuk sebelum pukul 12.00 dan tiket ini berlaku selama dua minggu setelah hari pemesanan.
Museum Madame Tussauds terletak di Siam Discovery, saya berjalan kaki sekitar 5 menit berdekatan dengan MBK Centre. Saran saya ketika disini jangan sendirian seperti saya, karena akan susah untuk berfoto dengan patung-patung idolamu.
Setelah menukarkan e-tiket saya masuk dan sudah terlihat patung salah satu toko kerajaan Thailand, patung tersebut diberi skat agar tidak sembarang orang bisa berfoto. Sebagai bentuk hormat saya wai kepada kedua patung tersebut, kemudian berjalan sedikit ada patung Bapak Presiden pertama Indonesia, Bapak Ir. Soekarno. Dilihat dari segi manapun, Pak Soekarno benar-benar nyata, tapi banyak teman saya yang mengatakan bahwa patung ini tidak mirip, mungkin karena kebanyakan foto Pak Soekarno yang beredar adalah usia 40 an sedangkan patung Pak Soekarno yang dipajang di Museum Madame Tussauds adalah ketika beliau berusia 50an. Selain ada Pak Soekarno, saya juga bertemu dengan Anggun C. Sasmi, patungnya berada di ruang tersendiri.
Yah.., rasanya saya tidak perlu menjelaskan secara kesuluruhan isi dari Museum ini, semuanya hampir nyata, saya gak kebayang kalau membawa ibu saya kesini, pasti beliau ketakutan karena seluruh patung disini benar-benar nyata seperti tokoh aslinya.
Di ujung museum kita dipersilahkan membuat patung dari tangan kita, harganya sekitar 125 Baht atau setara dengan Rp 50.000. Saran saya jangan membuang box dari patung lilin tangan kita itu, karena pengalaman saya, lilin tersebut setelah saya letakkan dilemari, patung tangan tersebut meleleh dan hampir pecah, hiks sayang sekali.
Saya sebenarnya masih kurang puas saat berada di Museum Madame Tussauds, beberapa tahun lagi saya harus kesana lagi. pasti! :D
Bab 6 - Hari-Hari di Bangkok
Sabtu, 2 September 2017, adalah hari ketiga saya di Bangkok, dikamar saya saat ini ada pengunjung baru yang bernama Jack dari Paris, dan Qosim dari Pakistan. Saya bersyukur mengenal mereka, mereka adalah teman-teman yang baik. Sabtu pagi saya dan Jack berangkat menuju Pasar Cathucak, Pasar terbesar di Bangkok ini cuacanya sangat sangat panas. Pasar Cathucak ini memiliki barang-barang dengan harga yang cukup murah, ya lumayan untuk membeli beberapa oleh-oleh untuk keluarga. Saya dan Jack sempat mencicipi Coconut Ice Cream, dengan harga sekitar 20 baht saya sudah mendapatkan coconut ice cream yang gurih dengan toping rumput laut, nyam..
Monday, April 4, 2016
Pakai BPJS di Unit Gawat Darurat (UGD atau IGD)
Pakai BPJS di Unit Gawat Darurat (UGD atau IGD)
Pengalaman pertama saat saya memakai BPJS di IGD sebuah Rumah Sakit Pemerintah adalah setahun yang lalu, saat adik perempuan saya sedang radang tenggorokan dan demam saat malam hari. Menurut desas-desus saat itu, Rumah Sakit yang menerima BPJS di IGD nya hanyalah RS. Pemerintah, jadi pada pukul 22.00 WIB saya pergi ke RS. Pemerintah yang jaraknya jauh sekali dari rumah saya. Saat tiba disana, pelayanan di RS. Pemerintah tersebut baik dan sangat welcome pada tiap pasien BPJS (berbeda dengan layanan pada poli spesialis di RS. Pemerintah ini) Persyaratannya pun sangat mudah hanya foto copy KTP dan fotocopy Kartu BPJS 1 lembar, tapi karena adik saya masih 12 tahun, maka saya melampirkan foto copy KK.
Pengalaman kedua, beberapa bulan lalu saat saya tiba-tiba demam pada pukul 23.00, karena tidak tahan, saya pergi ke RS. Swasta Y, dan Alhamdulillah, saya diterima dengan baik dan dilayani dengan baik pula. Ya walaupun obatnya selalu generik ya, tapi terkadang saya meminta resep obat paten, karena mungkin kualitasnya lebih baik dan reaksinya lebih cepat pada tubuh. (Syarat tetap sama, foto copy ktp dan foto copy kartu bpjs)
Pengalaman ketiga inilah yang menurut saya unik, pada siang hari, jari saya terjepit sebuah besi berkarat dan awalnya saya menyepelekannya sih, namun karena anjuran beberapa teman, akhirnya saya pergi ke klinik, dan benar saja, dokter klinik menyarankan saya dirujuk ke UGD, karena saat itu klinik tersebut dekat dengan RS. Swasta X, maka saya meminta rujukan ke RS. Swasta X tersebut. Saat tiba di RS. Swasta X, saya disambut dengan baik, namun saat tau kondisi luka saya, dokter berfikir lama, kemudian pergi dari bilik saya (saat itu saya disuruh terlentang). 15 menit kemudian muncul seorang perawat mengatakan pada saya bahwa insiden yang saya alami tidak ditanggung BPJS, dan saya harus membayar biaya pengobatan dan penanganan itu sendiri. Saya mengiyakan perkataan perawatan tersebut karena memang jari saya sakit saat itu, 10 menit kemudian, perawat tersebut muncul kembali dan menyuruh saya menuliskan cerita bagaimana terjadinya insiden yang saya alami hingga jari terluka, haduh.. ribet banget ya, dan saya mengisi form tersebut, kemudian tak lama dokter muncul lagi dan mengatakan pada saya bahwa jari saya harus dironsen dan dijahit, karena saya pikir jika penanganan seperti itu pasti mahal (dan saya sedang bokek juga, hehehe) saya memutuskan pergi dan membatalkan semua tindakan. Saat saya mengambil berkas-berkas saya di kasir (foto copy surat rujukan dan ktp, kartu bpjs) saya diharuskan membayar Rp 35,000 untuk biaya dokter. (what? dokter hanya melihat luka saya dan tidak menyentuh sama sekali, walaupun perawat hanya memberi perban pada luka saya) okelah karena saya gengsi saya bayar saja, grr.. Sayapun kembali ke Klinik dan meminta rujukan pada dokter ke RS. Swasta Y, alasan saya tidak meminta rujukan ke RS. Pemerintah karena memang jaraknya jauh. Setibanya di RS. Swasta Y, saya disambut baik dan saya menerima obat generik (lagi) dan yang terpenting luka saya ditindak lanjuti tanpa ada gejala serius (tetanus atau infeksi, Alhamdulillah..) Yah.., kesimpulannya, tidak semua RS. Swasta menerima pasien BPJS dengan baik, RS. Swasta X yang menolak saya adalah RS. dengan kelas tinggi yang memang pasiennya adalah notabene orang kaya, wajar jika mungkin semua biayanya mahal dan BPJS tidak mengcover biaya tersebut. Terlepas dari pelayanan buruk yang saya terima, saya masih menggunakan BPJS, ambil sisi baiknya, kita bisa berbagi dengan orang lain, dan jika sakit, urusannya tidak ribet, asal administrasinya lengkap dan sabar ya. :)
Saturday, January 23, 2016
Teman
Teman sangat mengerti sikap dan watak asli saya sebenarnya. Jika di rumah saya sering diam,dan tidak pernah keluar bermain bersama teman sebaya saya, maka berbeda saat saya bersama teman, saya sangat ramai dan banyak bicara.
Terkadang saya lebih nyaman bersama dengan teman disuatu situasi tertentu, dibandingkan bersama keluarga saya sendiri, tapi bukan berarti saya tidak nyaman dengan keluarga saya. Jika saya boleh memilih, saya ingin bertetangga dengan semua teman-teman saya, pasti setiap harinya saya tidak merasa sepi dan bosan.
Pernah baca suatu kutipan dari Ali bin Abi Thalib, "Manusia yg paling lemah adalah orang yang tidak mampu mencari teman,namun lebih lemah jika dia banyak teman tapi menyia-nyiakannya dalam kebaikan", sudahkah kalian mengajak teman kalian dalam hal kebaikan?
Tuesday, November 3, 2015
Review nonton Ayah Menyayangi Tanpa Akhir
Film AMTA rilis pada Kamis, 29 Oktober 2015, dan saya berkesempatan menonton film ini pada Sabtu, 31 Oktober 2015. Yah.. walaupun nontonnya pada jadwal weekend dan harga tiketnya lumayan mahal, saya tetap belain menonton film ini.
Terimakasih buat adek kelas saya yang mau saya culik buat nemenin saya nonton film ini, hahaha. Saya agak kaget melihat begitu minimnya penonton pada film-film Indonesia, padahal saat itu playlist film Indonesia di 21cineplex termasuk film-film yang layak ditonton, daripada film-film Indonesia dulu yang mengandalkan penampilan artis-artis panas, ckckckk.
Oke, film ini dibuka dengan perjuangan Juna, seorang anak bungsu yang lahir dari keluarga yang sangat memperhatikan adat. Juna saat itu membawa calon istrinya, Keisha. Hubungan Juna dan Keisha ditolak mentah-mentah oleh keluarga Juna, akhirnya Juna memutuskan untuk menikah dengan Keisha tanpa restu keluarganya. Juna dan Keisha hidup bahagia, namun naas, saat akan melahirkan anak pertamanya, Keisha meninggal.
Kematian Keisha membuat Juna benar-benar menjaga Mada, buah hati miliknya dan Keisha, Mada tumbuh menjadi seorang remaja yang aktif dan energik, menyukai Go Kart. Sebenarnya Juna takut ketika Mada sedang balap, namun karena itu adalah hobi putra satu-satunya, Juna merelakan Mada bermain dengan hobinya tersebut. Ketika tengah bermain, tiba-tiba Mada merasakan sakit amat sangat dikepalanya. Juna yang berada ditempat tersebut langsung membawa Mada ke Rumah Sakit.
Mada divonis oleh dokter menderita Kanker Otak, namun Juna bersihkeras tidak mau mengoperasi Mada dikarenakan tidak mau melihat Mada kesakitan. Dengan pengetahuannya tentang obat (karena Juna adalah seorang Farmasi) Juna berusaha menyembuhkan Mada dengan obat yang ia racik sendiri. Setiap Mada kesakitan, Juna memeluk Mada dengan kuat, seakan mau berbagi rasa sakit dengan Mada.
Film ini benar-benar menguras air mata, dari awal film ini saya sudah menangis melihat bagaimana susahnya perjuangan Mada merawat putranya sendiri, ditambah lagi dengan sikap Mada yang terkadang melawan karena Juna yang terlalu protektif mendidiknya. Entah kenapa saya menangis melihat film ini, mungkin karena saya teringat bagaimana saya bersikap kepada kedua orang tua saya.
Ada dua hal kejanggalan dalam film ini, pertama adalah saat adegan Juna dan Mada melihat Candi Prambanan, kenapa menggunakan green screen? Mungkin memang saat syuting film dilaksanakan, terlalu jauh untuk melaksanakan syuting berlatar Candi Prambanan, tapi toh tidak perlu di green screen juga kan? Mungkin bisa diakali dengan setting indoor atau apa. Kedua, adegan saat Mada meninggal entah kenapa rasanya biasa saja, entah apa yang kurang, setidaknya rasanya saat Mada meninggal benar-benar biasa saja.
Oke fine, begitu saja sedikit review tentang film AMTA, film ini kalau saya nilai 80 lah dari 100, karena film ini mampu menguras emosi saya dan menguras air mata saya, leher saya sampai basah loh saat keluar bioskop. Hehehe.., tinggalkan komentar ya. :D