Tuesday, March 3, 2020

Makanan khas kota industri di Jawa Timur

Makanan khas kota industri di Jawa Timur: Makanan (berat) asli dari Gresik, sebuah kota industri di Jawa Timur, Indonesia

Sunday, February 17, 2019

Pengalaman Kursi Gratis ke Tiga Negara

Halo apa kabar ? Semoga ketika kamu membaca cerita saya ini kamu dalam keadaan sehat dan tanpa kekurangan apapun. Bulan Mei 2018 lalu Airasia membuka promo besar-besaran "Kursi Gratis" saya yang memang sudah lama mengincar momen tersebut langsung gerak cepat ketika kursi gratis dimulai. Jujur kepergian saya ke Kuala Lumpur dan Bangkok tahun lalu yang saya tulis di blog ini  
memang kurang puas karena pertama kali, jadilah saya memilih Kuala Lumpur, Bangkok, dan Singapore sebagai tujuan saya berlibur dengan kursi gratis ini.
Awalnya rencana saya adalah...
Jum'at, 18 Januari, dari Surabaya ke Kuala Lumpur
Minggu, 20 Januari, dari Kuala Lumpur ke Bangkok
Selasa, 22 Januari, dari Bangkok ke Singapore
Rabu, 23 Januari, Singapore ke Jakarta dan pulang ke Surabaya.
tapi...
Bos saya tidak mengizinkan izin terlalu lama, alhasil saya membeli tiket gratis lagi untuk kepergian Sabtu, 19 Januari dengan rute Surabaya ke Kuala Lumpur. Selalu manfaatkan hari Sabtu dan Minggu sebagai hitungan hari liburan jadi tidak mengambil hari efektif kerja atau kuliah terlalu banyak.
Oh iya, promo kursi gratis di Airasia tidak sepenuhnya gratis ya, karena kita harus membayar pajak bandaranya. Tiap bandara pajaknya berbeda-beda dan berikut saya kasih tau rincian harga yang saya keluarkan untuk tiket lima rute keberangkatan. dan saya hanya mendapatkan kursi gratis untuk keberangakatan Surabaya Kuala Lumpur, Kuala Lumpur Bangkok, dan Jakarta Surabaya.
Juanda Surabaya - KLIA 2 = Rp 200.000 normalnya Rp 600.000an
KLIA 2 - DMK = 100 RM / Rp 300.000an normalnya Rp 500.000an
DMK - Changi = 1000 Baht / Rp 450.000an
Changi - CGK = 40 $ / Rp 400.000an normalnya Rp 500.000an
CGK- SUB = Rp 500.000 normalnya Rp 600.000an
jadi jika ditotal 200+300+450+500+600 = sekitar Rp 2.050.000 (dua juta lima puluh ribu)
mahal? tentu saja tidak dengan banyaknya rute tersebut dan dengan waktu awal tahun 2019 harga tersebut sangat murah.
Oh ya, kenapa saya memilih tanggal tersebut? karena saya ingin menghabisakan hari ulang tahun saya 21 Januari 2019 di Bangkok hahaha. abaikan.

Bab 1 - Menyiapkan Uang Jajan
Oke karena tiket sudah terbeli pada Bulan Mei 2018 dan berangkatnya masih sekitar 8 bulan lagi, saya masih ada waktu untuk menabung setiap bulannya. Sedikit tips buat kamu sih kalau memang masih lama jaraknya seperti saya ada dua cara untuk menabung uang saku
1. Setiap bulan sisihkan uang sakumu dan langsung tukarkan mata uang negara tersebut, kalau saya  hampir setiap hari memantau kurs dolar, apabila kurs dolar menurun maka saya akan pergi ke Money Changer untuk menukar uang rupiah saya dengan uang Ringgit, Baht, atau Dolar Singapore karena jika kurs dolar turun maka berpengaruh juga dengan nilai mata uang lainnya.
2. Manfaatkan kartu kredit, manfaatkan bukan berarti kita pakai kartu kredit terus dan membayar kemudian ya, tapi bayar dulu lalu pakai kemudian. Maksudnya begini saya punya kartu kredit yang gratis biaya administrasi seumur hidup dan tidak pernah saya pakai. Nah karena memang saya tidak pernah pakai jadinya tidak ada tunggakan apapun di kartu kredit saya. Ketika saya akan pergi ke luar negeri, maka yang harus saya lakukan pada kartu kredit saya adalah.. saya mentransfer uang saya setiap bulan di kartu kredit saya, otomatis kartu kredit saya punya uang lebih dari limit seharusnya kan? Jadi jika berbelanja di Mall atau tempat-tempat besar ketika di negara lain, saya menggunakan kartu kredit. Kenapa? karena kurs dari Bank lebih murah dari kurs ketika kita menukarkan uang di money changer. jadi kamu boleh pakai cara kedua saya ini jika kamu punya kartu kredit.

Bab 2 - Berangkat
Kamis, 17 Januari 2019 saya benar-benar lupa jika dua hari kemudian saya sudah harus berangkat, saya belum membuat rencana sama sekali, tapi tenang kalau kata Cinta di AADC2 "yang penting itu the journey not destination" hahaha. Jumat,18 Januari saya bertemu dengan Mbak Fida dan Mas Iwan, kebetulan kita semua mau ke luar negeri juga, tapi beda jurusan. Kalau Mbak Fida full di Kuala Lumpur, Mas Iwan ke Singapore lalu ke Bangkok. Kita berencana bertemu saat di Kuala Lumpur, karena jam terbang kita berbeda.
Sabtu, 18 Januari 2019 pukul 13.00 WIB saya bersiap menuju bandara. Satu setengah jam kemudian saya sampai di Bandara Internasional Juanda, setelah cetak boarding pas mandiri saya bergegas masuk ke imigrasi, disini paspor kita distempel sekaligus diwawancara singkat sama petugasnya. Pertanyaannya mudah dan gak sampai harus remidi kok, cuma mau kemana berapa lama sama siapa dan nginep dimana. Karena memang masih satu jam keberangkatannya, jadi tidak perlu antri kan.
Pesawat sudah siap berangkat, bersyukur sekali saya mendapatkan kursi disamping jendela dan dua kursi disamping saya kosong haha biasanya jika ingin mendapatkan kursi disamping pesawat kita harus request terlebih dahulu di aplikasi dan pastinya bayar. Yey, karena dua kursi disamping saya kosong, maka setelah 20 menit pesawat terbang, saya melepas sabuk pengaman dan meregangkan kaki dilanjutkan makan menu SANTAN dari Airasia. Jika kalian naik pesawat ada baiknya kalian membawa makanan berat ya, dua jam terbang itu cukup lama dan pasti lapar, jika kalian tidak sempat membawa makanan kalian bisa pesan Menu Santan di Airasia. Perlu diketahui pesan makanan di aplikasi sebelum keberangkatan harganya jauh lebih murah , Rp 36.000 plus gratis air mineral. Sedangkan membeli langsung di pesawat, Rp 55.000 dan tidak gratis air mineral. Murah kan? Menunya? Serius saya sangat suka dengan Nasi Lemak Pak Nasheer dan Makaroni Spagheti, kalian wajib coba.



Bab 3, Kuala Lumpur, Malaysia
Pukul 19.00 waktu Malaysia saya telah tiba di Kuala Lumpur Internasional Airport. Di Bandara ini kita bisa langsung koneksi internet, setelah masuk di Imigrasi dan ditanya2 lagi seperti biasa, tujuan saya langsung membeli simcard, ya kita tidak akan bisa melakukan apapun jika tidak ada internet. Saya membeli simcard Digi seharga 20 RM atau setara Rp 75.000an.
Malaysia adalah surganya coklat, rasanya tak lengkap jika kita tidak mencicipi coklat disini. Sebelum saya pergi ke kota, saya sempatkan dulu membeli beberapa makanan untuk sekedar nyemil disini, jadi saya nongkrong sebentar di Family Mart sambil minum susu strawbery dan beberapa coklat hahaha.
Pukul 21.00 saya dikabari Kak Mufidah, dia sudah berada di KL Sentral, kebetulan juga teman saya yang berada di Apartemen Robinson tempat saya akan menginap tidak jauh dari KL Sentral. Kebetulan sekali saya melewati KLIA Expres dan melihat ada rute saat itu ke KL Sentral, saya kira karena biar tidak lama saya naik KLIA Expres saja. Deng deng.. ternyata harga tiketnya sangat mahal yakni 55 RM atau Rp 200.000 an. Sudah terlanjur, mau bagaimana lagi, inilah jika tidak mau jalan-jalan keluar sedikit di Bandara, karena jika naik bis harganya sangat jauh lebih murah. Oh iya, di Kuala Lumpur ini saya hanya punya waktu dari jam 21.00 sampai Minggu, 20 Januari jam 12.00 jadinya saya hanya membawa uang 100 RM atau Rp 350.000an hahaha, cukup? Harus cukup. Hahaha.
Malam ini saya menginap (atau lebih tepatnya numpang semalam) di Apartemen yang sudah disewa beberapa malam oleh teman saya, dr. Amril. Amril bermalam di Apartemen ini cukup lama. Apartemen Robinson ini memiliki fasilitas lengkap mulai dari mesin cuci, tempat cuci piring, dapur, kamar tidur yang luas, ruang tamu, serba komplit memang.
Paginya saya bersiap pamit menuju ke Kuala Lumpur Bird Park (KLBP) bersama dengan Kak Mufidah dan Kak Onel. Awalnya kami ingin pergi ke Menara Petronas, tapi karena harga tiket masuknya cukup mahal dan kita semua sudah pernah kesana sebelumnya, jadinya kita memilih KLBP untuk refreshing. KLBP adalah semacam kebun binatang tapi khusus unggas saja, disini semua unggasnya dilepas dan menyatu dengan kita para pengunjung. Harga yang terpampang 25 RM atau setara Rp 90.000 ketika membeli tiket ternyata oh ternyata harga 25 RM untuk warga Malaysia sendiri, untuk Turis seharga 60 RM atau Rp 200.000 an. Menyesal? iya, karena dengan harga tersebut kita hanya bisa berkeliling di KLBP yang ukurannya kecil, tidak luas.

Oke, kita masuk KLBP pukul 10.00 dan kita keluar KLBP pukul 12.00, dan saya harus pergi melanjutkan perjalanan saya ke Bangkok, Thailand, karena pesawat saya berangkat pukul 15.00.


Bab 4, Bangkok, Thailand
Rasanya saya tidak percaya kalau saya sekarang sudah berada disini lagi, ya, Thailand adalah negara yang paling saya cintai setelah Indonesia. Kenapa? Ya, karena di Thailand saya punya banyak teman, di Thailand banyak makanan yang unik, tempat-tempatnya juga unik, kebudayaan yang sangat menarik, dan banyak sekali.

Ketika di pesawat para pramugari membagikan formulir bagi para turis yang akan berkunjung di Thailand. Formulir hanya berisikan data pribadi dan data dimana kita akan tinggal. Ada baiknya kalian mengisi formulir tersebut di pesawat ya, karena jika kalian mengisi formulir tersebut di Imigrasi, memakan waktu lama dan kalian tidak bisa segera antri disana karena antrian di imigrasi cukup banyak dan panjang.

Setelah keluar dari imigrasi, hal pertama yang harus kita lakukan adalah membeli simcard, ya karena tanpa internet kita tidak bisa melakukan apapun. Saya membeli simcard Digi seharga 100 Baht atau Rp 40.000. Keluar dari bandara saya langsung bertanya pada Security, bis mana yang harus saya naiki jika akan pergi ke Siam. Security mengarahkan saya menggunakan Bis A3, Bis A3 memiliki tarif yang murah seharga 50 Baht atau hanya Rp 22.000 dengan perjalanan yang cukup lama sekitar 30 menit, murah bukan? Daripada menggunakan taxi atau grab sekitar 300 Baht atau Rp 125.000 mending menggunakan Bis.
 

30 Menit kemudian saya sudah sampai di Lub D Siam Bangkok, Lub D Siam adalah hostel yang dekat sekali dengan Siam, karena Siam adalah pusat kota Bangkok, jadi jika akan pergi kemanapun tidak terlalu jauh. Karena ini bukan pertama kalinya saya menginap di Lub D Siam, jadilah saya langsung chek in dan masuk ke kamar saya. Saat ini saya sekamar dengan orang Afrika, lupa namanya karena orangnya pendiam, karena sudah malam pukul 21.00 dan saya juga sudah sangat capek jadilah saya tidur










Esok paginya saya sholat shubuh di Masjid yang paling dekat di Siam, Masjid Darul Aman. Shubuh disana berbeda dengan Indonesia, pukul 05.30 kami baru sholat shubuh. Saya pergi ke Masjid Darul Aman menggunakan ojek dari aplikasi Get!. Get! adalah aplikasi ojek online milik Gojek, wah bangga sekali ya Gojek sudah Go Internasional di Thailand. Beruntungnya lagi, pada hari itu Get! memberikan tarif gratis bagi warga Indonesia yang berada di Thailand, jadilah saya kemana-mana menggunakan Get!


Pukul 07.00 saya berkunjung ke Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk silaturrahmi dengan sesama orang Indonesia disana, saya membawa kerupuk ikan laut yang pastinya tidak ada di Bangkok, dan Alhamdulillah mereka senang, hanya kurang satu yang harusnya saya bawa, petis! hahaha, karena di Bangkok tidak ada petis udang. Sepulang dari Dubes, saya melihat ada ibu-ibu jualan es thai tea atau macam-macam es lainnya, saya membeli es kesukaan saya Nom Yen, ya Nom Yen adalah es susu dengan campuran sirup sirsak atau strowbery ya, yang jelas rasanya itu enak banget, harganya pun murah hampir sama dengan beli Thai Tea di Indonesia, 20 Baht atau Rp 9.000. Sambil minum Nom Yen, saya langsung pergi ke Icon Siam, Mall jaringan Siam yang baru saja dibuka katanya. Mall Icon Siam ini sangat mewah dan bangunannya megah sekali.

Di dalam Icon Siam Mall terdapat air mancur yang turun dari atas dengan beberapa gemerlap lampu dengan tulisan Icon Siam Mall, yang jelas megah sekali. Setelah melihat-lihat sepatu dan beberapa baju yang harganya mahal sekali, saya memutuskan tidak membeli baju-baju tersebut, hahaha, karena memang Mall tersebut untuk kalangan kelas atas. Saya menyempatkan menonton film di bioskop yang super duper megah, tiket nontonnya pun terbilang cukup mahal kalau dibandingkan di Indonesia, saat itu saya menonton film Bumblebee yang 2D bukan 3D dengan harga 190 Baht atau Rp 85.000

Pukul 14.00 saya melanjutkan perjalanan menuju Wat Pho, Wat Pho ini sejenis kuil dengan banyak patung budha. Tiket masuk ke Wat Pho untuk turis adalah 200 Baht atau sekitar Rp 80.000. Saran sih kalau kesini lebih baik jangan sendirian, karena disini banyak banget kuil-kuil yang bangunannya bagus banget. Saya sendiri cukup susah mengambil foto dengan timer, maklum lah teman saya bisanya menemui saya ketika sore nanti.Selesai dari Wat Pho, saya kembali lagi ke hostel untuk istirahat, karena pukul 18.00 saya punya janji bertemu dengan Pi Kit (Pi adalah sebutan untuk Kakak).

Pukul 18.00 di Siam Paragon, Pi Kit yang buru-buru datang karena terlambat langsung mengajak saya pergi ke Restoran Halal favoritnya. Oh iya, kebetulan juga tanggal lahir kita sama saat itu, 21 Januari, jadi dia ulang tahun ke-31 dan saya ulang tahun ke-26. Oh iya Siam Paragon ini memiliki jembatan penghubung dengan Siam Discovery dan MBK Center, dan di jembatan ini banyak bangunan-bangunan yang instagramable banget buat foto-foto. Pi Kit sempat lupa dengan restoran yang dia pilih, jadi kita mencari-cari restoran tersebut, dan benar restoran halal yang Pi Kit maksud telah pindah tempat. Kami memesan Tom Yam, Spagheti Thailand, Salad, Ayam Pedas, dan Omelet. Spagheti Thailand kalau di Indonesia seperti Kmetiauw, rasanya? Mungkin karena saya yang sudah kenyang jadi saya tidak bisa makan spagheti tersebut, hanya omelet atau telor dadar yang bisa saya habiskan.

Saya dan Pi Kit menghabiskan waktu untuk berkeliling Siam Paragon dan Siam Discovery, kami banyak menemukan tempat-tempat yang unik untuk berfoto. Tak terasa sudah pukul 21.00, Pi Kit harus kembali pulang karena tempat kerjanya cukup jauh dari Bangkok, dia harus naik MRT untuk pulang, jadilah kami berpisah di Siam. Jika Pi Kit membaca blog saya ini saya ingin mengucapkan "Kho kun krup Pi Kit.., Im promise if u visiting Indonesia, I wll be guide for you"

Sampai disini dulu cerita saya tentang pengalaman gratis ke tiga negara, cerita tentang perjalanan ke Singapore yang juga pertama kali nya juga saya berkunjung disana akan saya lanjutkan di judul baru, entah kapan saya update lagi, karena menulis blog ini saja perlu memakan waktu satu bulan, saya mengetik ini di jam-jam siang atau senggang setiap harinya, hahaha. Oh iya, saya akan menceritakan ini semua berupa video yang akan saya upload di Youtube channel saya, subscribe ya, www.youtube.com/aminpictures Terima kasih semua....

Tuesday, March 13, 2018

Pengalaman Gejala Stroke dan Opname dari UGD dengan BPJS

November 2017 lalu saya dikejutkan dengan keadaan mama saya yang seharian demam dan badannya yang tiba-tiba lemas. Bahkan ketika mama saya berdiri dan berjalan, kakinya terasa lemas dan susah untuk digerakkan. Saya langsung bergerak cepat membawa mama saya ke salah satu Rumah Sakit Swasta (sebut saja RS K).

Sesampainya di Unit Gawat Darurat RS K, saya langsung register mama saya pada bagian register UGD dengan membawa 1 lembar fotocopy kartu BPJS dan fotocopy KTP. Kemudian mama saya langsung dicek tekananan darahnya, benar saja tensi mama saya saat itu 200/90 ditambah lagi ternyata selama dua minggu terakhir mama saya tidak pernah minum obat anjuran dokter, yakni :  
 Pagi - Bisoprolol, Siang - Aspilet, Malam - Amplodiphin 50mg

Mama saya langsung diberi obat penurun tensi yang konsumsinya lewat bawah lidah dan tanpa minum. Selang beberapa jam mama saya tensinya kembali normal walaupun kondisi tubuhnya masih lemas. Sempat saat itu dokter menyarankan mama saya untuk opname tapi melihat kondisi mama saya membaik akhirnya mama saya disuruh pulang dan rawat jalan.

Sesampainya di rumah mama saya benar-benar ekstra istirahat, namun keesokan harinya pukul 17.00 WIB badan mama saya lemas kembali. Saya menuju ke RS K kembali dan mama saya akhirnya harus diopname di RS tersebut, namun saat itu kamar kelas 2 dan kelas 3 sedang tidak ada yang tersedia. Setelah menunggu hingga pukul 22.00 tidak ada kamar yang tersedia, mama saya dipindah ke RS swasta terdekat di rumah (sebut saja RS M).

Setibanya di RS M saya menunjukkan fotocopy BPJS dan KTP mama saya beserta surat pengantar rujukan dari RS K, syukur Alhamdulillah ada kamar tersedia untuk mama saya. Mama saya mendapatkan kamar kelas 2 sesuai dengan kelas BPJS, berisi 2 tempat tidur untuk 2 pasien, 1 AC, 1 TV, dan 1 kamar mandi dalam.

Keesokan paginya mama saya diharuskan CT Scan untuk mengetahui gejala apa yang sedang dialami oleh mama saya. Kebetulan RS M tidak memiliki alat CT Scan, dan mama saya dirujuk ke RS Swasta S tak jauh dari RS M dan RS K. Sayangnya untuk CT Scan BPJS tidak menanggung dan harus merogoh kocek sebesar Rp 1.000.000 (satu juta rupiah) perawat mengatakan bahwa jika ingin mendapatkan pelayanan gratis penuh lebih baik dibawa ke RS Pemerintah, namun alasan saya tidak membawa mama saya ke RS Pemerintah adalah karena lokasinya jauh sekali dari rumah, dan lagi pelayanan RS Pemerintah terbilang lama.

Setelah CT Scan dan pembayaran administrasinya saya bayar, diketahui bahwa mama saya memiliki sedikit pendarahan di kepalanya, dan karena kondisi tersebut mama saya harus benar-benar istirahat total tidak boleh duduk, berdiri, apalagi jalan. Kondisi mama saya saat ini bisa dibilang Gejala Stroke Ringan, beruntung dengan penanganan yang tepat mama saya tidak memburuk keadannya.

Selama 10 hari mama saya dirawat di RS M dan syukur Alhamdulillah keadaannya berangsur membaik, mama saya diperbolehkan pulang dan tetap harus istirahat untuk sebulan pertama setelah pulang dan menghentikan aktivitas berat. Mama saya juga dianjurkan untuk olahraga ringan seperti jalan-jalan pagi minimal 30 menit sehari, renang (sebatas mengayun-ayunkan kaki), dan meminum obat Pagi : Bisoprolol-Citicoline 250 mg (500mg dibagi 2), Siang : Aspilet, Malam : Amplodiphine 500mg - Citicoline 250 mg - Suplemen tulang (Glukosamin) 1 tablet.

Kesimpulannya, gunakan Kartu BPJS mu untuk berobat dan lakukan sesuai prosedur Rumah Sakit tempat pasien dirawat. Jika ingin mendapatkan pelayanan tanpa dipungut biaya maka pergilah ke RS Pemerintah. RS Swasta memang semua tidak ditanggung tapi pelayanan RS Swasta juga sama baiknya dengan RS Pemerintah. Jangan lupa selalu siapkan fotocopy KTP, KK, dan BPJS sebanyak-banyaknya ketika mengurus administrasi di Rumah Sakit.

Salam sehat
Amin Rizqi :)

Monday, September 18, 2017

Petualanganku Ke Bangkok Menggunakan Air Asia Asean Pass

Assalamualaikum,
Selamat Pagi,
Swatdee Krup

Rasanya terlambat jika saya menuliskan petualangan saya ini sekarang, sebenarnya setelah liburan kemarin harusnya saya langsung menulis cerita ini, tapi ya karena pekerjaan di kantor sangat menumpuk dan ringkasan rekaman selama liburan di Bangkok baru saya upload beberapa hari lalu.

Bab 1 - Mengurus Paspor
Saya akan bercerita mulai dari awal saya mengurus liburan saya ke Bangkok, karena ini adalah perjalanan pertama kalinya saya ke luar negeri, maka saya akan bercerita mulai pembuatan paspor.

Saya masih ingat ketika 7 Februari 2017, saya datang ke Kantor Imigrasi Pengurusan Paspor pukul 4 pagi setelah shubuh, dan wow, antrian sudah sampai 10 meter diluar kantor. Saat itu saya berfikir apabila saya sendirian, tentu akan sulit jika saya berpegian ke toilet, makan, dan segala macam. Kemudian saya pulang dan mengajak kakak sepupu saya untuk ikut. Saya izin kerja setengah hari untuk mengurus paspor ini, pukul 07.00 Kantor Imigrasi mulai dibuka dan proses pendaftaran paspor dimulai, saya dipanggil pukul 12.00, administrasi yang dibawa adalah fotokopi KTP yang sudah diperbesar sebesar folio, fotokopi Akta Kelahiran dan aslinya untuk ditunjukkan saja (jika tidak ada/hilang bisa fotokopi Ijazah terakhir dan aslinya), dan tentunya blangko pendaftaran, semua dimasukkan dalam map khusus yang sudah disediakan Kantor Imigrasi. Setelah proses administrasi, kemudian dilanjutkan wawancara, dan proses perekaman sidik jari. Wawancara meliputi apa yang saya lakukan saat di Bangkok dan menginap serta bersama siapa saya disana, tidak sulit kok asal jangan gugup saja. Setelah semua selesai kita akan mendapatkan virtual account pembayaran, pembayaran dilakukan hari itu juga di segala macam Bank atau Kantor POS, apabila pembayaran dilakukan hari itu juga maka paspor akan selesai 2 hari kemudian setelah pembayaran dilakukan. Biaya paspor tidak mahal sekitar Rp 400.000, saya lupa berapa jelasnya.

Bab 2 - Memboking Tiket Kepergian 
Saya kebetulan punya teman di Kuala Lumpur dan Bangkok, kemudian setelah kami berdiskusi kapan baiknya saya berlibur, akhirnya saya memutuskan untuk pergi ketika tanggal 30,31 Agustus 1,2,3,4 September 2017. Bertepatan dengan weekend dan ada libur  Hari Raya Idul Adha. Saat melihat harga tiket satuan, benar-benar mahal, akhirnya saya mendapat saran dari adik saya untuk menggunakan Air Asia Asean Pass.

Apa itu Air Asia Asean Pass?
Air Asia Asean Pass adalah tiket perjalanan ke luar negeri yang dikhususkan untuk negara Asia Tenggara atau Asean, waktu yang ditempuh untuk menggunakan Air Asia Asean Pass adalah 30 hari dan 60 hari. Air Asia Asean Pass tersedia dalam 2 pilihan 10 kredit untuk perjalanan 30 hari, dan 20 kredit untuk perjalanan 60 hari. Saya membeli Air Asia Asean Pass yang 10 kredit dengan harga Rp 1.900.000, sedikit trik sih, saya menggunakan kurs Ringgit untuk membeli Air Asia Asean Pass 10 kredit, karena lebih murah dengan harga sekitar 500 Ringgit atau setara dengan Rp 1.500.000, lebih hemat kan?

Perjalanan saya dimulai dengan Surabaya ke Kuala Lumpur, Kuala Lumpur ke Bangkok, dan pulangnya Bangkok-Kuala Lumpur, Kuala Lumpur-Surabaya.

Pembelian tiket menggunakan Air Asia Asean Pass tidak termasuk Airport Tax ya, Airport Tax ke Bandara DMK sedikit mahal dengan kisaran harga Rp 300.000, sedangkan di KUL sekitar Rp 130.000. Yah,, jika ditotal uang yang harus saya keluarkan untuk membeli tiket adalah Rp 2.300.000

Seluruh transaksi menggunakan kartu kredit, yah.. memang ketika memulai perjalanan ini saya terpaksa mengaktifkan kartu kredit saya, karena kebanyakan transaksi mengharuskan kita menggunakan kartu kredit.

Bab 3-Persiapan Keberangkatan
Dua bulan sebelum keberangkatan yang harus dipersiapkan adalah..
  1. Paspor, KTP, dan fotocopy sebanyak 5 lembar (buat berjaga-jaga saja)
  2. Uang Baht dan Ringgit, kenapa harus mempersiapkan uang negara tujuan? karena menurut saya ketika tukar disana mungkin jatuhnya lebih mahal, jika menggunakan ATM kena charge sebesar Rp 60.000
  3. Colokan listrik 3 stik, jika di Indonesia 2 stik maka di Malaysia ada 3 stik, ini wajib dibawa karena tanpa ini kita tidak akan bisa mengcharge hp
  4. Kalkulator, jika tidak punya pakai hp tapi jadkan tombol utama di layar utama
  5. Baju secukupnya
  6. Jangan membawa cairan diatas 500ml, karena tidak diperbolehkan dan wajib masuk bagasi 
  7. Kartu Mahasiswa, ini bermanfaat banget, kenapa? baca cerita saya terlebih dahulu untuk tau manfaatnya

Bab 4-Memulai keberangkatan
Saya mengajukan izin ditempat kerja pada tanggal 30,31 Agustus, 1,2,3,4 September, sangat aman dikarenakan pada tanggal 30 adalah hari Jum'at, dimana saat itu kerja setengah hari, 31 adalah hari cuti sebelum Idul Adha, 1 September adalah Idul Adha, 2 September hari cuti juga, 3 September adalah hari Minggu, dan 4 September adalah hari Senin. Jadi saya hanya mengajukan izin untuk tanggal 30 dan 4.

Rabu, 30 Agustus 2017 pagi pukul 8 saya sudah bersiap keluar dari rumah, pamit ayah ibu adik dan keluarga, lalu saya berangkat ke Surabaya menggunakan Gojek. Sesampai di Surabaya saya ditemani sahabat saya, Oca, Oca yang mengantarkan saya sampai di Bandara Internasional Juanda Surabaya. Pesawat  dari Surabaya ke Kuala Lumpur berangkat pukul 12.00, dan saya sudah sampai di Bandara pukul 10.00.

Setelah cetak tiket dan cek ransel, saya akhirnya masuk ke boarding pass, ini adalah keberangkatan internasional pertama saya, dan sendirian pula, untungnya saat di ruang boarding pass saya bertemu dengan beberapa orang yang sepertinya TKI, ngobrol ngobrol dan tidak lama, pesawat sudah harus berangkat. Saya masuk ke tempat duduk saya, dan bersiap untuk tidur saja ketika di pesawat.



Sesampai di Kuala Lumpur, saya langsung membeli sim card untuk mendapatkan koneksi internet, saya membeli kartu DIGI dengan harga 20 Ringgit atau setara dengan Rp 62.000. Keberangkatan saya ke Bangkok adalah besok, 31 Agustus 2017 pukul 16.00, saya ingin bersantai sejenak di Kuala Lumpur dan berjalan-jalan dengan waktu yang sedikit tersebut. Saya memesan hotel didekat Bandara, kalau tidak salah di area Kota Warisan, perjalanan saya dari Bandara ke Kota Warisan menggunakan Grab Car (di Malaysaia tidak ada Grab Car). Dengan driver bernama Abang Saiful, saya diantar sampai tujuan sekitar 30 menit dengan biaya sebesar 60 Ringgit (setara dengan Rp 190.000) cukup mahal karena kurs kita beda, padahal kalau dari Bandara Surabaya ke rumah saya hanya dengan jarak tempuh 1 jam hanya Rp 85.000.

Saya memesan hotel City View di Kota Warisan menggunakan Traveloka, dengan biaya Rp 150.000 per malam, cukup murah dengan fasilitas dua bed, dan kamarnya luas. Saya nyaman berada disana karena lokasi hotel dekat dengan Supermarket 7 eleven dan Mc Donalds. Jangan harap kamu menemukan nasi di Mc Donalds Malaysia ya, karena lapar yang amat sangat akhirnya saya membeli 1 paket ayam isi 2 ayam untuk mengisi kelaparan saya ini dengan harga 15.65 Ringgit setara dengan Rp 49.000. Mc Donalds Malaysia memiliki tiga saos, saos tomat, saos pedas, dan saos manis, menunya juga beragam dan saya melihat beberapa pembeli jika memesan makanan dibawa pulang kantongnya adalah kantong kertas, cukup praktis dan hemat plastik, berbeda dengan di tempat kita yang masih menggunakan kantong plastik. Setelah makan saya beristirahat sambil menunggu waktu sholat maghrib, waktu sholat di Kuala Lumpur cukup jauh berbeda, maghrib sekitar pukul 7 dan isyak sekitar pukul 9.



Keesokan paginya saya ingin jalan-jalan ke Menara Petronas, saya bangun pagi pukul 5, cuaca masih gelap seperti shubuh di Indonesia, kemudian sholat shubuh dan joging sebentar di luar hotel. Suasana pagi di Kota Warisan benar-benar sejuk dan sunyi, saya ingin berlama-lama disini. Pukul 7 saya bergegas menuju stasiun MRT menuju ke Menara Petronas atau Twin Tower, saya lupa rutenya tapi biaya tiketnya cukup murah 18,3 Ringgit atau setara Rp 56.000.


Tujuan awal menuju Pasar Seni, kebetulan pada saat itu adalah Hari Merdeka Malaysia, jadi dijalanan sangat ramai merayakan hari merdeka tersebut. Tidak lama menonton pertunjukan banyak kuda-kuda tersebut, saya langsung menuju ke Menara Petronas. Menara Petronas pada pukul 9 masih sepi tapi sudah buka, saya langsung menuju ke Customer Service untuk membeli tiket naik ke Menara Petronas. Harga tiket untuk naik ke Menara Petronas adalah sekitar 110 Ringgit atau setara dengan Rp 350.000, mahal memang tapi Customer Service saat itu berkata pada saya jika saya memiliki kartu mahasiswa apapun dan dari negara manapun saya akan mendapatkan potongan sebesar 30% lumayan kan? Karena itu saya menyesal tidak membawa kartu mahasiswa saya, huhuhu. Karena jarak dari Menara Petronas ke hotel cukup lama, jadinya saya putuskan untuk tidak masuk ke Menara Petronas (sebenarnya karena alasan harga tiketnya yang cukup mahal, takut uang saku saya tidak cukup). Akhirnya saya hanya cukup berfoto didepan Menara Petronas dan bersiap untuk kembali ke Hotel dan bersiap menuju Bangkok, Thailand.

Bab 6 - Menuju ke Thailand

Pukul 12.00 waktu setempat saya bersiap menuju ke Bandara KLIA2, karena pesawat akan berangkat pukul 14.00. Setibanya disana saya langsung mencetak mandiri tiket saya, dan masuk ke ruang imigrasi. Antri saat di Imigrasi benar-benar sangat lama. Setelah melalui proses cek sidik jari dan berbagai macam, saya akhirnya masuk ke pesawat. Saya duduk bersebelahan dengan beberapa orang Thailand, saya berbicara sedikit percakapan umum menggunakan bahasa Thailand dicampur dengan bahasa Inggris, hahaha. Kebetulan orang yang sedang saya ajak bicara ini akrab, dia bernama Nattachart, dia adalah pelatih Sea Games yang diadakan di Malaysia sebagai tuan rumah. Pukul 17.00 akhirnya sampai juga di Bangkok, saya masuk ke ruang imigrasi, berbeda dengan proses imigrasi di Malaysia yang cukup mudah, di Thailand sebenarnya sama saja, tapi ketika di pesawat kami diberi formulir kecil untuk diisi data kita sendiri, termasuk data dimana kita akan tinggal saat di Thailand. Saya sempat dimarahi oleh petugas imigrasi karena formulir rangkapnya tidak saya isi. Setelah proses imigrasi selesai, saya keluar bandara dan bergegas menuju Hostel yang sudah saya booking beberapa bulan lalu. Kenapa Hostel? Karena travelers seperti kita adalah mencari teman dan tentunya menghemat biaya. Hostel saya saat itu adalah Lub D Siam Bangkok, terletak di dekat Mall Siam dan pusat perkotaan. Saya memesan grab car untuk menuju ke Lub D, jarak antara bandara Don Muang cukup jauh dengan jarak tempuh sekitar 90menit. Sopir grab car saya saat itu adalah orang Thailand,dan kebetulan dia tidak bisa berbahasa inggris, jadilah saya yang mengajak dia berbicara menggunakan bahasa Thailand. Nama dia adalah Phanya, usianya 30an jadi saya memangginya Pi Phanya (Pi; sebutan kakak). Pi Phanya sangat baik, ketika saya mengeluh lapar dia memberikan saya sebungkus roti dan sebotol air, semoga dia membaca blog saya, terimakasih Pi Panya.

Pukul 20.00, saya sampai di Lub D, saya berterimakasih pada Pi Panya dan diapun meninggalkan saya. Saya masuk ke Lub D dan registrasi ulang data saya, lalu saya masuk ke kamar 301 dan bed nomor 1. Ketika saya masuk kamar, saya disambut oleh orang berwarga China, namanya Zhang. Zhang berusia 27 tahun, dia sedang berlibur di Thailand. Tak lama ada Sebastian dari Amerika, dia berusia 25 tahun, dia berlibur di Thailand dan malam ini adalah malam terakhirnya, karena besok pagi dia harus ke Bali Indonesia untuk melanjutkan liburannya. Setelah saya mandi dan memakai kaos dan celana pendek ala kadarnya, Sebastian mengajak saya untuk makan malam, awalnya Zhang tidak mau tapi karena saya memaksa, akhirnya kita bertiga ke Siam untuk makan malam. Kami membeli pizza 🍕 dan pilihan saya adalah pizza sea food, karena takut makan babi alias pork. Eits, saya berterimakasih pada Sebastian yang telah mentraktir saya hehehe. Minuman yang saya pesan adalah Thai Tea Milk, tidak seperti teh susu pada umumnya, Thai Tea Milk disajikan terpisah dengan es batu, bukan es batu biasa karena es batu tersebut seperti campuran dengan gula yang rasanya seperti gula aren. Setelah makan malam, Sebastian minta tolong pada saya untuk membangunkannya pada pagi hari pukul 4, karena dia sudah mentraktir saya, saya bersedia membangunkannya dipagi hari sebagai tanda terimakasih. Dia sempat bertanya kenapa saya selalu bangun pagi,jawaban saya tentu saja karena memang jam 4 waktu sholat untuk orang muslim.

 Bab 5- Sholat Idul Adha di Bangkok

Pukul 4 pagi, saya membangunkan Sebastian ditempat tidur yang letaknya diatas tempat tidur saya, dia bangun sebentar kemudian dia tidur kembali. Saya mendiamkannya selama 5 menit, kemudian saya bangunkan lagi, Sebastian bangun dan bergegas mengganti seluruh pakaiannya dan mengambil ranselnya. Sebastian merangkul saya dan berjanji jika di Bali dia akan mengunjungi tempat saya di Surabaya. Waktu shubuh di Bangkok tidak jauh berbeda dengan waktu shubuh di Jakarta, jadi setelah mengantar Sebastian pergi, saya sholat dikamar dalam hening.

Hari itu adalah Hari Jum'at, tanggal 1 September 2017 bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha, berbeda dengan di Indonesia, disini tidak ada suara takbir berkumandang. Pukul 6 pagi saya keluar hostel dan berpamitan terlebih dahulu pada Zhang karena pagi ini Zhang harus pergi ke Pataya, dia mengajak saya ke Pataya namun saya tidak bisa, karena ada agenda yang harus saya penuhi ketika disini.

Saya menuju masjid terdekat di daerah Siam Mall menggunakan grab car, setelah sampai di masjid ini, saya sedikit canggung karena sepi, namun saya disambut oleh seorang wanita berjilbab tapi merokok (mungkin sudah biasa ya disana) dan menyuruh saya masuk kedalam. Saya menaiki lantai atas karena kata wanita tersebut lokasi sholat berada di lantai atas. Saya membuka pintu dan tampaklah beberapa orang muslim sedang menunggu waktu sholat idul adha. Saya wai kepada mereka dan mereka wai kepada saya (wai adalah salam khas orang Thailand dengan dua tangan mengatup dan kepala sedikit menunduk, jika di Indonesia sama halnya dengan bersalaman). Mereka mengira saya adalah orang Thailand, adapula yang mengira saya orang Filihina, namun setelah menjelaskan bahwa saya adalah orang Indonesia, salah satu dari mereka mengajak saya bicara dengan bahasa Indonesia. Saya bertemu dengan Om Alton, dari Samarinda, dia mengatakan pada saya bahwa waktu sholat idul adha disini pukul 10, wow, padahal pukul 10 saya harus ke Museum Madame Tussauds. Kemudian Om Alton mengajak saya sholat di Kedutaan Besar Republik Indonesia Bangkok, karena waktu sholat idul adha di Kedutaan Besar RI Bangkok adalah pukul 08.00. Kami berjalan keluar masjid dan bergegas menuju Kedutaan Besar RI Bangkok, disana banyak sekali saudara kita dari Indonesia yang bersiap melaksanakan sholat. Saya bertemu dengan Febri dari Bandung, dia adalah mahasiswa di universitas swasta di Bangkok, kami ngobrol cukup lama sampai setelah sholat idul adha kami dipersilahkan oleh panitia sholat id untuk sarapan pagi. Wow disini banyak sekali makanan Indonesia, rawon, gule, roti sus, nasi goreng, saya yang sudah 3 hari tidak makan nasi seperti orang kelaparan, hahaha.


Bab 6 - di Madame Tussauds Museum

Setelah sholat idul adha dan mengisi perut, saya kembali ke kamar dan berganti baju dan bersiap ke Museum Madame Tussauds. Beberapa hari lalu saya sudah memesan tiket untuk masuk ke Museum Madame Tussauds lewat website resminya dengan harga yang cukup murah dengan harga 400 Baht atau setara dengan Rp 156.000 (sekarang di website 645 B) jenis tiket yang saya beli adalah Early Bird, Early Bird adalah tiket untuk masuk sebelum pukul 12.00 dan tiket ini berlaku selama dua minggu setelah hari pemesanan.

Museum Madame Tussauds terletak di Siam Discovery, saya berjalan kaki sekitar 5 menit berdekatan dengan MBK Centre. Saran saya ketika disini jangan sendirian seperti saya, karena akan susah untuk berfoto dengan patung-patung idolamu.


Setelah menukarkan e-tiket saya masuk dan sudah terlihat patung salah satu toko kerajaan Thailand, patung tersebut diberi skat agar tidak sembarang orang bisa berfoto. Sebagai bentuk hormat saya wai kepada kedua patung tersebut, kemudian berjalan sedikit ada patung Bapak Presiden pertama Indonesia, Bapak Ir. Soekarno. Dilihat dari segi manapun, Pak Soekarno benar-benar nyata, tapi banyak teman saya yang mengatakan bahwa patung ini tidak mirip, mungkin karena kebanyakan foto Pak Soekarno yang beredar adalah usia 40 an sedangkan patung Pak Soekarno yang dipajang di Museum Madame Tussauds adalah ketika beliau berusia 50an. Selain ada Pak Soekarno, saya juga bertemu dengan Anggun C. Sasmi, patungnya berada di ruang tersendiri.

Yah.., rasanya saya tidak perlu menjelaskan secara kesuluruhan isi dari Museum ini, semuanya hampir nyata, saya gak kebayang kalau membawa ibu saya kesini, pasti beliau ketakutan karena seluruh patung disini benar-benar nyata seperti tokoh aslinya.

Di ujung museum kita dipersilahkan membuat patung dari tangan kita, harganya sekitar 125 Baht atau setara dengan Rp 50.000. Saran saya jangan membuang box dari patung lilin tangan kita itu, karena pengalaman saya, lilin tersebut setelah saya letakkan dilemari, patung tangan tersebut meleleh dan hampir pecah, hiks sayang sekali.

Saya sebenarnya masih kurang puas saat berada di Museum Madame Tussauds, beberapa tahun lagi saya harus kesana lagi. pasti! :D

Bab 6 - Hari-Hari di Bangkok

Sabtu, 2 September 2017, adalah hari ketiga saya di Bangkok, dikamar saya saat ini ada pengunjung baru yang bernama Jack dari Paris, dan Qosim dari Pakistan. Saya bersyukur mengenal mereka, mereka adalah teman-teman yang baik. Sabtu pagi saya dan Jack berangkat menuju Pasar Cathucak, Pasar terbesar di Bangkok ini cuacanya sangat sangat panas. Pasar Cathucak ini memiliki barang-barang dengan harga yang cukup murah, ya lumayan untuk membeli beberapa oleh-oleh untuk keluarga. Saya dan Jack sempat mencicipi Coconut Ice Cream, dengan harga sekitar 20 baht saya sudah mendapatkan coconut ice cream yang gurih dengan toping rumput laut, nyam..




Monday, April 4, 2016

Pakai BPJS di Unit Gawat Darurat (UGD atau IGD)

Pakai BPJS di Unit Gawat Darurat (UGD atau IGD)

Pengalaman pertama saat saya memakai BPJS di IGD sebuah Rumah Sakit Pemerintah adalah setahun yang lalu, saat adik perempuan saya sedang radang tenggorokan dan demam saat malam hari. Menurut desas-desus saat itu, Rumah Sakit yang menerima BPJS di IGD nya hanyalah RS. Pemerintah, jadi pada pukul 22.00 WIB saya pergi ke RS. Pemerintah yang jaraknya jauh sekali dari rumah saya. Saat tiba disana, pelayanan di RS. Pemerintah tersebut baik dan sangat welcome pada tiap pasien BPJS (berbeda dengan layanan pada poli spesialis di RS. Pemerintah ini) Persyaratannya pun sangat mudah hanya foto copy KTP dan fotocopy Kartu BPJS 1 lembar, tapi karena adik saya masih 12 tahun, maka saya melampirkan foto copy KK.

Pengalaman kedua, beberapa bulan lalu saat saya tiba-tiba demam pada pukul 23.00, karena tidak tahan, saya pergi ke RS. Swasta Y, dan Alhamdulillah, saya diterima dengan baik dan dilayani dengan baik pula. Ya walaupun obatnya selalu generik ya, tapi terkadang saya meminta resep obat paten, karena mungkin kualitasnya lebih baik dan reaksinya lebih cepat pada tubuh. (Syarat tetap sama, foto copy ktp dan foto copy kartu bpjs)

Pengalaman ketiga inilah yang menurut saya unik, pada siang hari, jari saya terjepit sebuah besi berkarat dan awalnya saya menyepelekannya sih, namun karena anjuran beberapa teman, akhirnya saya pergi ke klinik, dan benar saja, dokter klinik menyarankan saya dirujuk ke UGD, karena saat itu klinik tersebut dekat dengan RS. Swasta X, maka saya meminta rujukan ke RS. Swasta X tersebut. Saat tiba di RS. Swasta X, saya disambut dengan baik, namun saat tau kondisi luka saya, dokter berfikir lama, kemudian pergi dari bilik saya (saat itu saya disuruh terlentang). 15 menit kemudian muncul seorang perawat mengatakan pada saya bahwa insiden yang saya alami tidak ditanggung BPJS, dan saya harus membayar biaya pengobatan dan penanganan itu sendiri. Saya mengiyakan perkataan perawatan tersebut karena memang jari saya sakit saat itu, 10 menit kemudian, perawat tersebut muncul kembali dan menyuruh saya menuliskan cerita bagaimana terjadinya insiden yang saya alami hingga jari terluka, haduh.. ribet banget ya, dan saya mengisi form tersebut, kemudian tak lama dokter muncul lagi dan mengatakan pada saya bahwa jari saya harus dironsen dan dijahit, karena saya pikir jika penanganan seperti itu pasti mahal (dan saya sedang bokek juga, hehehe) saya memutuskan pergi dan membatalkan semua tindakan. Saat saya mengambil berkas-berkas saya di kasir (foto copy surat rujukan dan ktp, kartu bpjs) saya diharuskan membayar Rp 35,000 untuk biaya dokter. (what? dokter hanya melihat luka saya dan tidak menyentuh sama sekali, walaupun perawat hanya memberi perban pada luka saya) okelah karena saya gengsi saya bayar saja, grr.. Sayapun kembali ke Klinik dan meminta rujukan pada dokter ke RS. Swasta Y, alasan saya tidak meminta rujukan ke RS. Pemerintah karena memang jaraknya jauh. Setibanya di RS. Swasta Y, saya disambut baik dan saya menerima obat generik (lagi) dan yang terpenting luka saya ditindak lanjuti tanpa ada gejala serius (tetanus atau infeksi, Alhamdulillah..) Yah.., kesimpulannya, tidak semua RS. Swasta menerima pasien BPJS dengan baik, RS. Swasta X yang menolak saya adalah RS. dengan kelas tinggi yang memang pasiennya adalah notabene orang kaya, wajar jika mungkin semua biayanya mahal dan BPJS tidak mengcover biaya tersebut. Terlepas dari pelayanan buruk yang saya terima, saya masih menggunakan BPJS, ambil sisi baiknya, kita bisa berbagi dengan orang lain, dan jika sakit, urusannya tidak ribet, asal administrasinya lengkap dan sabar ya. :)

Saturday, January 23, 2016

Teman

Pernah ketika menonton Catatan Harian Si Boy, ada kutipan yang mengatakan,"teman adalah keluarga yang kita pilih, dan keluarga adalah nasib kita" jika dipikir-dipikir memang, karena pada dasarnya tidak semua masalah dan unek-unek bisa dibicarakan dengan keluarga.

Teman sangat mengerti sikap dan watak asli saya sebenarnya. Jika di rumah saya sering diam,dan tidak pernah keluar bermain bersama teman sebaya saya, maka berbeda saat saya bersama teman, saya sangat ramai dan banyak bicara.

Terkadang saya lebih nyaman bersama dengan teman disuatu situasi tertentu, dibandingkan bersama keluarga saya sendiri, tapi bukan berarti saya tidak nyaman dengan keluarga saya. Jika saya boleh memilih, saya ingin bertetangga dengan semua teman-teman saya, pasti setiap harinya saya tidak merasa sepi dan bosan.


Pernah baca suatu kutipan dari Ali bin Abi Thalib, "Manusia yg paling lemah adalah orang yang tidak mampu mencari teman,namun lebih lemah jika dia banyak teman tapi menyia-nyiakannya dalam kebaikan", sudahkah kalian mengajak teman kalian dalam hal kebaikan?

Tuesday, November 3, 2015

Review nonton Ayah Menyayangi Tanpa Akhir

Pertama kali lihat playlist coming soon film Ayah Menyayangi Tanpa Akhir (disingkat AMTA) dari website 21cineplex, saya sudah tertarik dengan film ini. Gak tau kenapa saya saat itu pengen sekali nonton film mengharukan, setelah beberapa bulan lalu nonton film My Idiot Brother yang mampu menguras air mata saya.

Film AMTA rilis pada Kamis, 29 Oktober 2015, dan saya berkesempatan menonton film ini pada Sabtu, 31 Oktober 2015. Yah.. walaupun nontonnya pada jadwal weekend dan harga tiketnya lumayan mahal, saya tetap belain menonton film ini.

Terimakasih buat adek kelas saya yang mau saya culik buat nemenin saya nonton film ini, hahaha. Saya agak kaget melihat begitu minimnya penonton pada film-film Indonesia, padahal saat itu playlist film Indonesia di 21cineplex termasuk film-film yang layak ditonton, daripada film-film Indonesia dulu yang mengandalkan penampilan artis-artis panas, ckckckk.

Oke, film ini dibuka dengan perjuangan Juna, seorang anak bungsu yang lahir dari keluarga yang sangat memperhatikan adat. Juna saat itu membawa calon istrinya, Keisha. Hubungan Juna dan Keisha ditolak mentah-mentah oleh keluarga Juna, akhirnya Juna memutuskan untuk menikah dengan Keisha tanpa restu keluarganya. Juna dan Keisha hidup bahagia, namun naas, saat akan melahirkan anak pertamanya, Keisha meninggal.

Kematian Keisha membuat Juna benar-benar menjaga Mada, buah hati miliknya dan Keisha, Mada tumbuh menjadi seorang remaja yang aktif dan energik, menyukai Go Kart. Sebenarnya Juna takut ketika Mada sedang balap, namun karena itu adalah hobi putra satu-satunya, Juna merelakan Mada bermain dengan hobinya tersebut. Ketika tengah bermain, tiba-tiba Mada merasakan sakit amat sangat dikepalanya. Juna yang berada ditempat tersebut langsung membawa Mada ke Rumah Sakit.

Mada divonis oleh dokter menderita Kanker Otak, namun Juna bersihkeras tidak mau mengoperasi Mada dikarenakan tidak mau melihat Mada kesakitan. Dengan pengetahuannya tentang obat (karena Juna adalah seorang Farmasi) Juna berusaha menyembuhkan Mada dengan obat yang ia racik sendiri. Setiap Mada kesakitan, Juna memeluk Mada dengan kuat, seakan mau berbagi rasa sakit dengan Mada.

Film ini benar-benar menguras air mata, dari awal film ini saya sudah menangis melihat bagaimana susahnya perjuangan Mada merawat putranya sendiri, ditambah lagi dengan sikap Mada yang terkadang melawan karena Juna yang terlalu protektif mendidiknya. Entah kenapa saya menangis melihat film ini, mungkin karena saya teringat bagaimana saya bersikap kepada kedua orang tua saya.

Ada dua hal kejanggalan dalam film ini, pertama adalah saat adegan Juna dan Mada melihat Candi Prambanan, kenapa menggunakan green screen? Mungkin memang saat syuting film dilaksanakan, terlalu jauh untuk melaksanakan syuting berlatar Candi Prambanan, tapi toh tidak perlu di green screen juga kan? Mungkin bisa diakali dengan setting indoor atau apa. Kedua, adegan saat Mada meninggal entah kenapa rasanya biasa saja, entah apa yang kurang, setidaknya rasanya saat Mada meninggal benar-benar biasa saja.

Oke fine, begitu saja sedikit review tentang film AMTA, film ini kalau saya nilai 80 lah dari 100, karena film ini mampu menguras emosi saya dan menguras air mata saya, leher saya sampai basah loh saat keluar bioskop. Hehehe.., tinggalkan komentar ya. :D